Pages

Jul 29, 2010

Physical Contact with a Stranger

Have you ever been in a physical contact with a total stranger, opposite sex, in an uncomfortable way that you're sure 100% you didn't like it, but you did it again and again and again.. even worst, you had to pay for it?

LOL! That was me.. and  this was my story....

Sejak pemerintah menerapkan "Helm SNI", kehidupan tukang ojek dan para langganannya have never been the same. Tukang ojek harus merogoh kocek lebih untuk menukar helm lama mereka dan membeli helm SNI yang baru. Dan, untuk para pencinta tukang ojek.... berikut bbrp hal mengenaskan yang berhubungan dengan helm SNI.

1. BERAT - pertama kali aku pakai leherku langsung kenceng dan tegang. Berbeda dengan helm sebelum SNI. Menurut bbrp informasi yang aku baca, beratnya sekita 1.5 - 2.0 kg. Helm terdahulunya sih enteng, gak sampai 1 kilo, tapi kita perlu extra hati2, karena pasti bisa terbang sendiri. Para pencinta ojek kan biasa nya males ngiket kenceng2.




2. GERAH, PANAS, SEMPIT, SUMPEK - apakah mungkin ukuran kepala gue yang lebih besar dari orang lain, tapi yang jelas helm itu memang tidak nyaman dipakai. Pernah suatu kali, si abang ojek mencopot helm yang sedang dia pakai dan menawarkannya padaku, sehingga helm yang seharusnya dipakai oleh penumpang, dia sendiri yang memakainya. "Kenapa Bang?" aku bertanya dengan sedikit heran, karena tentu saja, kalau boleh memilih.. aku tidak memakai helm bekas dia... or bekas siapapun, sebenarnya. hehe... Dan si abang menjawab "Kasihan Ibu, yang itu lebih sempit." katanya menunjuk helm penumpang yang sudah hampir kupakai. Huuu.. untung dia kasih tahu buru2, kalau tidak.. jangan-jangan begitu kupakai, langsung tidak bisa dilepas. LOL!

3. GA BISA SAMBIL MAKAN - hobiku kalau pulang kantor, mampir di tukang somay dan memakannya sambil jalan. Kalau naik taxi atau naik angkot atau dulu waktu masih pakai helm yang seperti helm proyek sih, gak ada masalah. Tapi, begitu harus pakai helm SNI.. nah bingung deh ..




4. GA BISA NGECENG - aku pernah mempermalukan diri sendiri dengan senyum dan mendadahi temanku yang ada di dalam mobil, yang kukira melihatku karena jalanan macet, ojek ku berhenti tepat di sebelah mobilnya, tapi dia diam saja. Sejak saat itu, aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak sok jadi orang terkenal kalau pakai helm SNI. ahahaha...



5. BAU - well, ini tentu bukan salah helm SNI nya.. tapi karena helm tukang ojek kan dipakai rame-rame, bergantian. Untung lah aku punya kebiasaan cuci rambut setiap hari. Kadang aku cari-cari ide... gimana ya caranya tidak "tukeran ketombe, tukeran kutu, tukeran kecoa" hiiiiiy.... Temanku menyarankan pakai jaket yang ada capucon nya... not a bad idea.. tapi rasanya sekali2, perlu juga aku pakai shower cap sebelum memakai helm nya si abang ojek.



6. KALAU GATAL GAK BISA GARUK - ahahahaa... karena sempit dan ribet, jadinya sepanjang perjalanan menahan diri untuk tidak membuka help untuk sekedar... garuk kepala.

Oke, sekarang bandingkan dengan helm sebelumnya yang ringan, cantik dan feminine and colorful.

Then... what did those have to do with the title? Sabar... sabarrr..... we'll get to that soon.

But before that, let me show you some smart ideas untuk menghindari helm SNI yang sebenar2nya, tanpa harus takut di denda polisi.

1. Make Sure ada logonya SNI.


2. Pilih yang fashionable





3. Cari saja yang murmer dan mudah didapat



Sebagai pencinta ojek, aku harus pasrah untuk secara intim bersentuhan dengan abang ojeknya. You know, not like literally skin to skin, but pants to pants.. .ahahah.. Entah siapa yang harus disalahkan, aku yang jumbo size atau sepeda motornya yang kekecilan. Well, semua tukang ojek kenapa sih pakai motor bebek??

Dan sebagai penumpang yang "sadar body" aku selalu memilih tukang ojek yang lebih kecil dari aku. hihii.. Dulu, sebelum harus pakai helm SNI, kepalaku selalu jauh lebih tinggi dari si abang ojek. Jadi kita berdua dapat asupan oksigen kotor yang seimbang, muka ku dan muka nya sama-sama langsung menantang angin. hahahahaa...

So this one day after office, I had to rush to meet Erryck di daerah RS Tarakan, arah Tomang. Macet dari depan Ambasador ... jadilah aku naik ojek. That ojek was the smallest motorbike in the world, I guess. Soalnya dari mulai gw naik, udah berasa "mblebesss" langsung kempes kali hahaha, dan hampir gak cukup untuk boncengan. Pantat gue harus nangkring di pegangan tangan belakang, helm gue beradu-adu dengan helm si abang dan .... kaki gue harus menjepit pantatnya dari belakang! OMG!!! Ga mungkin kan gue buka lebar2 kaki gue dan beradu dengan mobil atau motor lainnya. Tas gue simpan di depan perut dan sekuat tenaga berusaha supaya bagian dada tidak beradu dengan punggungnya. Dan untuk ketidak-nyamanan itu, aku harus membayar Rp 20.000! BLAAAH!

Kapok kah aku? ternyata tidak :) Hari berikutnya karena agak gerimis dan lancar, aku memutuskan naik taxi. Jalanan blablas sampai Cideng. Mendekati perempatan lampu merah RS Tarakan, gue liihat argo Rp 17.200,- Wuiih... manstab! Tapi kok.. didepan langsung traffic jam!

Aku menghabiskan sekitar additional 20 menit untuk perjalanan 1 kilo didepanku dan membayar total Rp 32.000,-  Lalu aku terbayang-bayang adegan "romantis" hari sebelumnya: Oh, abang ojek... dimana dikau. I miss you.....


note:
I don't own any of the pictures. credit to google images.

2 comments:

joelliea said...

ROTFLMAOTIDD

Translation: Rolling On The Floor Laughing My Ass Out Till I Drop Dead.

Emajanti said...
This comment has been removed by the author.