Pages

Jul 22, 2014

Team PangBon KKR Regional Solo - Judulnya "SEMANGAT"


Gereja-ku, GRII Karawaci rutin melakukan penginjilan ke beberapa tempat di Indonesia yang kami sebut KKR Regional. Dan untuk pertama kalinya Tuhan memberikan kesempatan untuk aku ikut serta melayani. Aku tergabung dalam Tim Panggung Boneka dengan tujuan Solo. Tanggal pelayanan 17-19 Juli 2014. Tapi berhubung sedang sibuk planning Q4, aku hanya bisa cuti hari Jumat saja dan berangkat ke Solo hari Kamis malam.

1. SEMANGAT mengejar pesawat
Kirain bisa leha-leha sambil refleksi dan baca buku "Lies Women Believe", ternyata... aku harus masuk pesawat dengan dengkul gemetar. Haha. Bukan karena takut terbang, tapi karena cape ngejar pesawat. Kok pesawat dikejar? Jadi ceritanya...

Hari Kamis itu hujan deras dari siang, sehingga aku memutuskan berangkat lebih awal ke airport. Apalagi aku harus mampir ke gereja di daerah Karawaci untuk mengambil peralatan wireless PangBon yang tertinggal. Dari Karawaci aku berangkat jam 16:00 dan sampai pintu tol Karang Tengah menuju pintu tol JOR arah Pluit/PIK lancaaar. Tapi, 500mt lepas dari pintu tol JOR itu .... langsung stuck. Awalnya masih santai-santai, bahkan aku sempat tidur membiarkan Reza anakku berjuang didalam kemacetan. 30min kemudian waktu membuka mata, aku menoleh ke Reza dan dia bilang "baru jalan kira-kira 200 meter, Mih" Aku lihat jam, belum jam 17:00. Masih aman, pikirku.

Tapi ketika hari makin gelap dan mobil tidak juga beranjak dari tempatnya, aku mulai sedikit panik. Jam 6 kutelpon Lion Air, dan mereka menyarankan aku telpon ke office mereka di airport. Jam 18.30 aku mulai pasrah karena pintu PIK masih sangat jauh dan bbrp orang malah mulai berjalan-jalan di dalam tol. Teman-teman Tim PangBon di group whatsapp pun mulai ikut senewen menerima update menit demi menit parkir di jalan tol.

Mungkin Tuhan tidak mau memakai aku melayani Dia? Aku berdoa: "Ampuni aku kalau ada yang tidak berkenan padaMu, Tuhan". Dan teman-teman di group Whatsapp PangBon memberi kekuatan sekaligus ledekan "kalau mau dipakai Tuhan memang harus melewati ujian dulu, Bu Ema..." Aaah.. ini sih bukan ujian, tapi sport jantung.

20min kemudian, jalan sebelah kanan lancar dan kami tiba di persimpangan Pluit/PIK. Aku lihat jam 18:50. "Tenang Mih... gak sampai 10 min sampai airport" kata Reza. Aku cuma bisa tegang merasakan mobil bagai terbang dan benar, jam 19:00 tepat kami sampai. "Tunggu ya Kak, Mami cek dulu masih boleh cek in atau tidak". Aku segera lari ke check-in area.

Setelah membayar wrapping koper yang aku tandemkan dengan box wireless dari Gereja, aku antri untuk drop bagasi. Dari speaker terdengar.. "last call untuk penumpang Lion Air JTxxx. Kepada Ibu Eka Emajanti segera boarding melalui gate xx." Karena yang cek in tidak antri, aku langsung dilayani, tapi... "Ibu, kami sudah tidak bisa terima koper Ibu. Silakan dibawa saja masuk ke cabin. Ibu harus lari ke Gate, semoga belum di tutup ya Bu.." Aku rasa saat itu, aku bahkan tidak sempat kaget or melongo, tapi langsung menyambar boarding pass, meraih koper dan berlari.

Di ujung pemeriksaan pertama, sudah ada petugas yang menunggu. "Lion ke Solo ya Bu.. ayo cepat-cepat". Dan dia yang berlari lebih cepat dari aku. Di pemeriksaan kedua, sudah ada petugas lain yang menunggu dan segera memimpin aku berlari menuju Gate. Di ujung Gate, sudah ada petugas lain yang menunggu dan kembali dia berlari estafet ke petugas berikutnya... haahaha.. mirip lomba estafet Kancil lawan Kura-kura. Saat itu aku berpikir, kenapa sih mereka tidak menyambut aku dan membantu koper.. tapi malah lari duluan meninggalkan aku. Ternyata, memang mereka melakukan pesan berantai sampai ke petugas dengan alat komunikasi langsung ke pesawat. Aku terus di ajak berlari menuju mobil kecil yang membawaku ke pesawat. Sampai di samping mobil, aku hanya bisa diam mencoba mengatur napas..Aku kan gak pernah olah raga, boro2 lari.. jalan aja males. aahahhaha. "Mas.. mas.. tolong ya naikin koper saya ke mobil, saya sudah tidak sanggup lagi... " waktu aku menoleh ke dia.. dia rupanya juga sama ngos-ngosan nya dengan aku... yaaaaah....... Kirain sudah terlatih mengawal lari penumpang yang telat Mas... :(

Perjalanan Karawaci-Bandara 3 jam ditebus dengan perjalanan Jakarta-Solo yang hanya 50menit saja. Puji Tuhan, ternyata Tuhan ijinkan aku boleh ikut melayani :)

2. SEMANGAT Jokowi
Awalnya gak kepikiran bahwa aku mengunjungi "kampung' Pak Jokowi. Tapi waktu duduk di taxi, aku iseng bertanya: "kita lewat rumah Pak Jokowi enggak, Pak?" Dan supir taxi itu langsung bilang: "Ibu mau saya antar kesana? Saya ini dulu tetangga Ibu nya Pak Jokowi loh Bu. Dulu.. Pak Jokowi itu blablablabla... "

Kota Solo di malam hari terlihat lancar. Dan di siang hari, walaupun jalan nya cenderung kecil/sempit, tapi semua rapi dan bersih. Salut deh Pak Jokowi.

3. SEMANGAT Mencari Batik
Hari Jumat, karena sesi PangBon ada di pagi dan sore.. aku menyempatkan diri mencari toko Batik. Naik becak. Padahal waktu yg ada hanya 1 jam saja. Akhirnya aku harus memohon ke bapak tukang becak untuk "ngebut" karena sudah di telpon untuk segera kembali ke basecamp (MRII Solo). Warning: jangan sekali-kali naik becak kalau lagi buru-buru. no matter how fast you think you can be. tetep aja.... selowww.... hahaha!

Dan besoknya, didorong oleh semangat membeli titipan suami dan teman, aku berjalan kaki ke toko batik di dekat hotel. Hari terakhir, aku juga masih terus hunting batik sambil menyewa 1 taxi untuk membawaku kembali ke airport. Hasilnya... everyone's happy but my husband. Maaf Pih... motif yang kamu suka itu tidak ada ukurannya... dan harganya mahal banget. hihiihii...

4. SEMANGAT Bangun Pagi
Baru dapat konfirmasi setelah di Solo bahwa Tim PangBon selalu harus berangkat subuh. Biasanya jam 4 atau jam 5 sudah berangkat. Kalau informasi ini aku dapat waktu masih di Jakarta.. mungkin pikir-pikir dulu mau ikut KKR atau tidak. hahaha. LOL. kidding. Bangun pagi bukan masalah, yang jadi masalah.. siang nya bisa tidur lagi atau tidak. Dan tentu saja tidak.

5. SEMANGAT Angkut-Pasang-Bongkar-Angkut
Kami melakukannya sendiri. Semua peralatan PangBon, baik itu yang super ringan seperti bonekanya, maupun yang super berat seperti rangka panggung dan soundsystem-nya. Kami juga angkut sendiri dus-dus aqua, dus buku lagi, dan dus-dus lainnya.

Jadi, mobil pangbon harus 2. Satu untuk angkut orang, satu lagi untuk angkut peralatan PangBon. Setiap sampai di tempat, kami harus menurunkan semua peralatan, dan memasangnya. Setelah selesai, kami harus membongkarnya dan mengangkut nya kembali ke mobil. Bayangkan saja kalau dalam 1 hari ada lebih dari 2 sesi PangBon. Kami pun harus memasang karpet dan melipatnya kembali. Belum lagi wajib bersih-bersih tempat sebelum meninggalkannya... Sampai di Jakarta, aku ditanya oleh Guru Sekolah Minggu lainnya: "gimana Bu Ema pelayanan di Solo?" Aku dengan jujur bilang: "cape Bu.." Hahah..


Tim PangBon krucil "semangat" bergaya di atas tiang panggung




















Pasang panggung















Setelah panggung jadi, kami keringetan tapi tetep.. gaya















6. SEMANGAT Beradu Acting
Kalau tidak salah ada 7 sesi PangBon dan aku bersyukur bisa melayani 4 sesi. Sebagai apa? Selain sebagai tukang angkut dan bongkar-pasang, sama seperti yang lain.. aku hanya berperan sebagai Narator, tukang bercerita. Semua tim selalu sangat menjiwai peran masing-masing dan kami bisa bertukar peran anytime dibutuhkan. Tim PangBon yang berangkat hanya 6-7 orang, dibantu 2 anak kecil. Jadi, misalnya Marcus, kalau pagi dia jadi pembawa Firman Tuhan / pengkotbah, sore nya dia bisa jadi Mario, si boneka yang nakal.

Kata mereka yang berperan memegang boneka, boneka2 itu sudah basah kuyup kena keringat mereka. Memainkan boneka di panggung boneka lumayan menyita tenaga. Mereka harus jongkok, kadang duduk sebentar ditambah tangan yang harus terangkat sepanjang waktu. Mungkin saja keringat hasil angkut dan bongkar-pasang belum kering.. sudah harus berkeringat lagi memainkan boneka dalam posisi yang tidak nyaman.

 






























Dan yang terjadi di belakang panggung..

Pak Djunaedy: "kan Papa sudah bilang Paul, nasi liwet kalau di bawa ke Jakarta pasti basi. Lagipula Papa kan baru balik ke Jakarta hari besok malam, masak suruh beli nasi liwet sekarang.."












Pak Ferry: "tolong jangan paksa saya buka sepatu, nanti anak-anak gak konsen mendengar Firman..." hihhii



















Vincent: "waaah.. payah nih Bapak-Bapak, katanya mau main di D (Depan panggung).. eh kok malah di B (Belakang panggung)....












Ibu Ema: "Wonogiri! Wonogiri! Gratis kalau sepanjang perjalanan duduknya seperti saya"












Maklum ya ibu2, jadi memang sudah siap bawa handuk kecil untuk lap keringat. Para Bapak akhirnya setuju next time bawa handuk "good morning" biar mirip tukang becak .. haahhaa





















7. SEMANGAT dan SUKACITA
Satu hal yang aku sungguh belajar dari para pelayan Tuhan di GRII Karawaci, tidak ada seorangpun yang aku kenal, mengeluh tentang beratnya pelayanan, atau cape atau bosan atau hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya. Aku yakin banget semua capai, bahkan beberapa orang bahkan tidur hanya sebenar, 1-2 jam saja. Bahkan tim PangBon pun datang ke Solo naik mobil, bukan naik pesawat. Mereka pasti letih sekali.

Bahkan aku dapat informasi baru bahwa seringkali hanya 1 orang pelayan KKR regioanl yang bertugas dalan 1 sesi. Jadi, dia harus menjadi MC dan menjadi Pengkotbah sekaligus.

Kami bisa beristirahat dimana saja.

 

























8. SEMANGAT Mengabarkan Injil
Pada saat melihat anak-anak begitu antusias, mereka begitu haus mendengar Firman, pada saat mereka tunjuk tangan atau pada saat mereka tertawa terpingkal-pingkal karena percakapan para boneka, bahkan ketika ada yg nekat maju ke depan untuk melihat lebih dekat.. semua rasa-rasa yang lain tidak terpikirkan. Hanya ada 1 semangat di hati. Memberikan yang terbaik untuk Tuhan.









1 comment:

Jay said...

WAKAKAKAKKAK!!!