Di Siloam pagi ini. Ada mobil parkir tepat di belakang mobil aku, dan di rem tangan. Mobilku tidak bisa maju, tidak bisa mundur. Dengan bantuan security yang melapor ke dalam untuk panggil pemilik mobil dengan paging, akhirnya 40 menit kemudian pemilik datang.
Ibu2, mungkin late 40 or early 50 just like me.
Waktu melihat dia, aku langsung ketuk2an jari telunjukku ke keningku... eh, belum juga aku sempet ngomong apa2, dia udah sewot duluan:
"Nggak usah pake gini2 (dia menirukan gerakan tanganku), saya baru sebentar kok!"
Aku terpana.
Untung cuma sesaat, aku langsung ambil hp dan foto dia, sambil bilang: "Kok bisa sih Bu, parkir kayak gini, pinter banget." Dia nyelonong masuk mobil. Aku teriakin, "sebentar gimana? Saya 40 menit tunggu Ibu yang keren datang."
Dia gak jawab apa2. Mundurin mobil lalu sebelum berlalu dia turunkan jendela mobil lalu teriak dari dalam mobil: "Sudah ya Bu, Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati."
Aku melongo.
Gak rela membiarkan dia pergi begitu saja. Aku kejar dia "Ibu gak merasa harus minta maaf ke saya?"
Dia jawab dengan manis yang dibuat2, "Iya Ibu, maafkan ya Bu, Tuhan Yesus memberkati."
Oh panas aku.
"Gak usah bawa2 Tuhan ya, Bu. Kalau Ibu orang Kristen, Ibu tidak berbuat seperti ini. Ini namanya EGOIS, Bu.
Untung drama tidak berlanjut. Dia berlalu. Dan, aku masih terkesan dengan gayanya.
Apakah dengan kalimat "Tuhan Yesus memberkati" lalu semua hal menjadi beres?
Beberapa hari lalu, aku lihat video di sosmed. Ada ibu2 pakai jilbab naik motor dan nyenggol mobil. Malah si Ibu yang marah2, dan kalimat terakhirnya sebelum dia nyelonong pergi bikin aku bingung: "Saya ini pakai jilbab". Lahh... Apa maksudnya??
Apakah dengan menyembunyikan kesalahan di dalam kalimat "Maafkan. Tuhan Yesus memberkati" dan juga dengan "Maafkan. Saya ini pakai jilbab" lalu semua menjadi baik-baik saja? Kalau kata maaf berguna, buat apa ada polisi, kata Dao Ming Shi di Meteor Garden (2003). Haha.
Rewind sedikit ke kejadian beberapa jam sebelumnya. Tim aku salah mencantumkan ayat di postingan sosial media. Aku sebagai yang bertanggung jawab, tentu segera minta maaf ke atasan dan segera memperbaiki. But is it enough? The damage is done. Kami semua termasuk atasan aku, harus menanggung malu karena salah ayat. Perasaan malu, marah, kecewa, menyesal, rasanya tidak serta merta bisa hilang hanya dengan 1 kata maaf saja.
Sebagai orang Kristen, kita memang harus punya kasih dan kesabaran yang cukup untuk bisa memahami kekurangan orang lain. Sebagai sesama orang berdosa, kita harus punya kemampuan untuk memaafkan, seperti Kristus yang sudah mengampuni kita.
Tapi disisi lain. Jangan jadi Kristen salah kaprah. Kita tidak bisa terus melakukan kesalahan lagi dan lagi, lalu merasa All Good karena kita sudah minta maaf, ditambah dengan kalimat: Tuhan memberkati, atau saya orang Kristen. Minta maaf memang penting. Tapi, kalau kita tidak sungguh2 memperbaiki diri, semua kalimat itu omong kosong. Yang ada hanyalah terus saling melukai.
Jadi mikir, bagaimana ya Tuhan menghadapi kita? Tiap menit bikin dosa, lalu nangis2 minta ampun, tapi jam berikutnya berdosa lagi. Emang kita bener2 incapable of doing good. Sudah sepantasnya mati lalu dibuang ke neraka.
Really, no hope for those who don't know that Jesus has died for their sin.