Pages

Dec 25, 2020

Blessings from Covid-19 Situation

The title, oh ya.. sounds weird. But actually, not at all. God can and does provide blessings even in the darkest times of our life. And this is my story...

Semua orang pasti kuatir terpapar Covid. Sejak awal aku sangat berhati-hati karena selain aku sudah ada umur... ahem!, aku juga ada riwayat asma yang parah. Sejak awal Covid merebak, aku sudah mendengar kotbah Pak Tong: "kalau kita bisa melihat anugerah Tuhan di dalam kesulitan, itu adalah sukacita yang besar, itu adalah anugerah yang besar." So I did search high and low, tapi tidak sungguh-sungguh menemukan artinya. Aku tahu ada kesulitan, banyak, tapi mungkin pada orang lain. Aku masih baik-baik saja, yang berubah cuma kerja dari rumah, instead of dari kantor. Dan ini sebenarnya bukan hal yang baru karena for the last 10 years di HPE dulu, aku juga selalu kerja dari rumah. Aku juga mengalami gaji berkurang, tapi aku tidak merasa itu beban kesulitan. Aku malah merelakan dipotong lebih banyak, sesuai yang aku mampu, kembali untuk kantor, untuk pekerjaan Tuhan lainnya yang lebih membutuhkan. The rest, I can endure. 3M, easy! gak kemana-mana.. well little bit tough but OK. All the unnecessary entertainment, I pass .. almost, kecuali dipijat. Haha!

Sampai Covid gelombang 1 berlalu, aku masih belum sungguh-sungguh menemukan, apa sih yang baik dari Covid ini? Berkat seperti apa yang bisa aku dapatkan dari pandemi ini, I, again searched high and low, sampai masuklah Covid gelombang dua, yang katanya lebih dahsyat dari yang pertama. Dan .... I was tested positive, so was my husband. 

Dengan pertolongan Tuhan dan dukungan dari saudara/i seiman, kami mendapat kamar dan perawatan yang sangat baik di RS Siloam Kelapa Dua selama lebih dari 2 minggu. Entah tertular dari siapa, dimana dan kapan.. itu sangat sulit di-trace, aku bersyukur suami sudah sembuh (negatif) dan per today, while I'm writing this blog, aku sebenarnya masih positif, tapi CT sudah 38.9 dan kemarin sudah keluar dari RS,  menyusul suami yang sudah pulang duluan 4 hari sebelumnya. Karena hasil swab terakhir-ku belum ada, aku masih harus terus lanjut isolasi mandiri di rumah. Kalau hasil nanti negatif, berarti tidak perlu isolasi lagi, tapi kalau hasil masih positif, aku akan terus isolasi sampai paling tidak 7 hari ke depan. 

So, do I now know what are the blessings I found from Covid situation? I do! But I believe everybody will have different experiences and different answers. Here's mine.. a personal reflection post Covid.


SIAPA DAN APA YANG KITA ANDALKAN DALAM HIDUP

Seringkali kita mengandalkan apa yang kita punya dalam hidup kita. Kita mengandalkan uang kita, jabatan dan kedudukan kita, kepandaian kita, tampang kita, relasi kita dengan orang penting atau keluarga kita yang kaya, pekerjaan kita dan bahkan mengandalkan diri kita sendiri yang menurut kita hebat dan bisa melakukan segalanya. Tapi lihatlah. Keberadaan sesuatu yang begitu kecil, yang tidak bisa kita lihat kasat mata, bisa memporak-porandakan hidup kita, bahkan menjungkir-balikkan seluruh dunia.  

- Kita mengandalkan uang dan kekayaan. Tapi nyatanya, orang kaya dibuat tidak berdaya oleh Covid. Bahkan banyak perusahan besar yang collapse dalam sekejap. Uang tidak bisa membeli kesehatan, kekayaan definitely bukan sesuatu yang bisa kita andalkan.

- Kita mengandalkan kekuasaan. Tetapi, Covid tidak takut pada kekuasaan. Tidak perduli seberapa besar kekuasaan kamu, bahkan anggota kerajaan dan presiden negeri adidaya pun diserang dan dikalahkan oleh Covid. Bahkan ada pendeta yang merasa punya kuasa untuk "suruh-suruh" Tuhan mengusir covid. Mampukah? Tentu saja, TIDAK. 😄

- Kita mengandalkan kepandaian. Yang kita lihat adalah kepandaian tidak sanggup mengatasi virus ini. Butuh waktu berbulan-bulan dan budget yang sangat besar untuk ahirnya bisa mendapatkan vaksin.Tetapi walau vaksin sudah ditemukan, misteri Covid lainnya masih tidak terpecahkan. Masih banyak hal medis mengenai Covid yang masih belum bisa dijawab dokter dengan tepat, bahkan untuk pertanyaan mendasar dan penting seperti: berapa lama kita imun setelah sembuh? 

- Kita mengandalkan penampilan. Covid membuat semua penampilan kita sama. Dare to look different, you die. Gitu kasarnya. Semua harus pakai masker, menutupi lebih dari 3/4 wajah kita. Apalagi waktu aku dirawat di RS. Aku gak bisa bedain mana dokter, mana suster, mana petugas cleaning service. Semua memakai APD yang sama menutupi seluruh tubuh dari kaki sampai kepala. Semua make up yang bisa merubah penampilan orang, sekarang expired di pojokan lemari. Yep, just like that. Yang suka pamer-pamer barang mahal, semenit sekali ganti tas/baju/sepatu (hehe, ini berlebihan sih), sekarang mau pamer gimana? ke siapa? Hayoo...... 

- Kita mengandalkan pekerjaan kita. Coba bayangkan, berapa banyak perusahaan yang tutup dan terpaksa harus memberhentikan karyawannya? Mendengar cerita suamiku, aku juga jadi sedih, anak buahnya ada yang nangis-nangis tidak mau disuruh kerja dari rumah karena itu berarti dia tidak dapat tunjangan uang makan. 

Tidak ada satupun di dunia ini yang tidak akan berlalu. Kalau kita terus mengandalkan hal-hal fana, hal-hal yang sementara, bagaimana kita bisa dapatkan hidup kekal setelah dunia yang fana ini berlalu? Kepada siapa kita harus sandarkan harapan kita?

Tadi pagi, aku membaca Yesaya 40 dan menemukan jawaban yang sangat indah, kepada siapa kita harus bersandar. Siapa yang bisa kita andalkan dan mengapa kita mengandalkan Dia.

40:9. Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"
40:10 Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.
40:11 Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.

40:12. Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?
40:13 Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?
40:14 Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?
40:15 Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya.
40:16 Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran.
40:17 Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja.

40:18. Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?
40:19 Patungkah? Tukang besi menuangnya, dan pandai emas melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya.
40:20 Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk, mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang.
40:21 Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan?
40:22 Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
40:23 Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja!
40:24 Baru saja mereka ditanam, baru saja mereka ditaburkan, baru saja cangkok mereka berakar di dalam tanah, sudah juga Ia meniup kepada mereka, sehingga mereka kering dan diterbangkan oleh badai seperti jerami.
40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.
40:26 Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.

40:27. Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?"
40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.
40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. 

 Ya. Hanya kepada Allah sajalah kita berharap. Dia adalah Allah yang kekal, tidak berubah sampai selama-lamanya. Dan Dia adalah Allah yang berkuasa, pencipta langit bumi dan segala isinya. Dan Dia adalah Allah yang tidak meninggalkan kita. Dia bahkan rela datang ke dunia, untuk mati bagi kita.


MOTIVASI

139:23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
139:24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Dan, berikut ini adalah text WA yang aku kirimkan ke group whatsapp kantor ketika pimpinan mengumumkan aku terkena Covid:


Aku pernah dengar Pak Tong bilang, dia tidak pernah berdoa sebelum naik pesawat atau ketika mau bepergian kemana-mana. Waktu dengar rasanya .... ihh, kok gitu? Tapi beliau lanjutkan: "saya berdoa untuk pekerjaan Tuhan, supaya kehendak Tuhan jadi". Artinya, Pak Tong jarang berdoa untuk kepentingan diri sendiri. Ini penting kita mengerti. Jangan selalu doa untuk kepentingan diri sendiri terus menerus. Jadi, kalau apa yang Pak Tong lakukan adalah bagian dari pekerjaan Tuhan, maka Tuhan pasti bisa menjaga dia. Dan, aku juga pernah mendengar Pak David berkata: "bisa saja Tuhan tidak memakai kita di CIT di tahun-tahun ke depan". 

Kalau selama ini kita merasa sudah lakukan ini itu untuk Tuhan, bahkan meminta berkat dari Tuhan demi supaya kita bisa lakukan ini itu untuk Tuhan... well, think again. Tuhan tidak memerlukan kita. Tuhan tidak harus memakai kita untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Ketika kita sakit dan tidak bisa bekerja, Tuhan bisa pakai orang lain mengerjakan pekerjaan kita, bahkan mereka bisa mengerjakannya lebih baik dari kita. Apalagi kalau kita merasa hanya kita yang bisa melakukan ini itu untuk Tuhan... wah, itu tipuan setan. 

Ketika kita berdoa dan bergumul, pikirkan kembali motivasi kita.. apakah untuk diri kita, ataukah untuk Tuhan. 


HARGAI KEBERSAMAAN DENGAN KELUARGA

Aku rasa ada anugerah Tuhan yang besar ketika suamiku juga dinyatakan positif. Sebelum hasil swabnya keluar, dia sudah mewek-mewek karena harus "berjauhan" dari aku.. wuiihhh so sweet bener yaak! Dan ketika dia dinyatakan positif, ada sedikit suka cita karena berarti kami berdua bisa berinteraksi normal, karena kedua-duanya sama-sama terinfeksi. Di rumah sakit pun, sesama pasien bisa ditempatkan di kamar bersama. Dan Puji Tuhan, aku dan suami juga mendapat 1 kamar bisa berdua. Jadi, kita bisa berdoa bersama dan saling melayani, menjaga, mengingatkan satu dengan yang lain. Istilah kerennya: in sickness and health... selalu bersama, seperti janji pernikahan haha. 

Selama 12 hari kami sama-sama isolasi di Rumah Sakit. Hari ke 12, dia dinyatakan sembuh dan aku masih positif. Akhirnya dia pulang duluan, meninggalkan aku sendiri di RS. Nah.. ini, dia ingkar janji ... LOL!! 



Bertahun-tahun aku work from home, sudah terbiasa fokus bekerja dengan situasi yang sepi dan tenang. Suami di kantor, anak-anak sekolah/kuliah. So yeaa.. all by myself. Jadi ketika suami pulang dan mulai cerita ini itu di kantor nya atau tentang pekerjaannya.. kadang aku merasa pekerjaan terganggu. Bahkan kalau dia mulai main gitar, main keyboard atau sekedar menyanyi2.. aku juga kadang merasa pekerjaanku terganggu. 

Tapi ketika salah satu dari kita kena Covid, dan kita tidak lagi bisa berinteraksi normal dengan dia... beuhh! sakitnya tuh di sini ....  Kesendirian, kesepian, ketidakberdayaan membuat kita lemah dan putus asa. Kita membutuhkan kasih sayang dari orang lain bisa kita rasakan secara nyata. Pak David bilang: "bodily fellowship is very important". Amen to that. Di gereja, walaupun cuma bisa angguk2 menyapa orang dari jauh, tetep jauh lebih indah dibanding ikut kebaktian secara virtual. 

Allah adalah Allah yang berelasi dengan manusia. Ketika Allah menciptakan manusia, Dia tidak meninggalkan kita begitu saja, dibiarkan hidup sendiri di taman Eden. Tuhan hadir nyata di depan Adam. Tuhan berinteraksi dan berbicara dengan Adam (Kej 2:16-17). Tuhan memperhatikan Adam (Kej 2:18-19). Tuhan mencari Adam, ketika dia jatuh dalam dosa dan bersembunyi dari hadapan Allah (Kej 3:9). Tuhan memberikan "pertolongan" dan "solusi" untuk Adam (Kej 3:21). Bahkan Tuhan menjanjikan "pemulihan dan kemenangan" kepada Adam (Kej 3:15).

Selama ini kita berpikir bahwa relasi yang rusak adalah karena fenomena-fenomena yang tidak kelihatan, seperti masalah trust, misalnya. Tapi kerusakan relasi juga bisa terjadi bila tidak ada relasi fisik dan kebersamaan fisik yang baik. OOT dikit. Pendidikan daring adalah pendidikan yang tidak ideal. Tanpa pertemua fisik antara guru dan murid, pendidikan tidak bisa dilakukan secara sempurna. Karena pendidikan bukan sekedar transfer of knowledge saja. Itu bisa dilakukan lewat google. Pendidikan adalah kesempatan seorang guru/orang tua untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya/anak-anaknya.

Jadi selama masih ada kesempatan orang-orang yang kita sayangi ada di dekat kita, hargai dan pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengasihi mereka. Aku kutip kalimat Pak David sewaktu dia sekeluarga mengalami kecelakan hebat bulan lalu:

"Ada kesempatan melayani, melayani. Ada kesempatan keluar keringat bagi Tuhan, keluarkan keringat itu. Ada kesempatan menghargai orang lain, hargai dia. Ada kesempatan mengucapkan sayang kepada kekasih kita, ucapkanlah. Ada kesempatan minta maaf, mintalah maaf. Ada kesempatan menolong orang lain, tolonglah. Karena sewaktu-waktu kesempatan itu dapat diambil Tuhan."

Pdt. David Tong, Ph.D.

 

Itulah beberapa berkat yang aku dapatkan dari perenungan masa-masa positif Covid. Masih ada beberapa berkat lain, misal tentang bagaimana support, doa, pertolongan teman-teman seiman begitu besar artinya. Atau tentang waktu yang lebih banyak untuk berdoa dan membaca Firman, atau mendengarkan kotbah di youtube.  Apapun itu, sedikit atau banyak, kalau itu adalah berkat dan anugerah dari Tuhan ... 

All I can humbly say is: "Thank you, Lord. I don't deserve such blessings, but yet You give them to me. How can I repay You, Lord? Even if I can, it's also because of You."


Soli Deo Gloria


Ini beberapa foto oleh-oleh dari RS 😄😊



iseng ngumpulin cup obat