Malam pertama tukan pijat itu beraksi, aku ajak berantem dia. "udah. udah. jangan keras2. kasihan." tangannya malah aku jauhkan dari kaki Monita. Aku gak tega melihat Monita nangis meraung2 kesakitan. Si tukang pijat kesel dan ngambek. "kalau takut sakit, kapan sembuhnya?!"
Blah! Aku terpana juga dengan kata2 itu. Akhirnya hari ke dua, ketiga dan seterusnya... walaupun Monit masih meraung2, aku tahan... tahaaan... gak komentar, walaupun rasanya masih gak tega. Dan, Erryck was right! Dalam waktu 3 hari, bengkaknya kempes, Monita bisa pake sepatu lagi.
Dan malam itu, karena sudah tidak tidak terdengar raungan, aku jadi inget untuk mengabadikan tukang urut special beraksi.
Lalu ternyata... passport ku dan passport Erryck, expired. Anak-anak belum punya passport. Bikin passport buat berempat lewat travel agent... bangkrut! Tapi worth it juga sih melihat antrian seperti antrian BTL.
Next memutuskan tanggal berapa berangkat, karena Monita dan Reza enggak bareng jadwal liburnya. Kalau pilih earlier week, Monita masih ujian, kalau pilih later week, Reza yang bersiap menghadapi ulangan semester. So, we set on 14-16 of May. We can't even go a day earlier... harga tiketnya mahal boo! Kan long weekend.
Selanjutnya cari hotel. Yaaa ampyuun. Singapore emang gak ada dua nya deh kalau udah long weekend. Apalagi ditambah ada 2 events di minggu itu.. lengkap sudah deritaku. Cari hotel yang mur-mer di daerah Orchard.. that was the ideal plan and will, lol! Tapi mana mungkin? Sampai berdarah cari hotel seperti itu, gak dapet. Akhirnya, terpaksa... salah satu yang available dan agak rasional , walaupun beda jauh dengan rate normal, kita nginep di Orchard Parade Hotel.
Okay. Now, tiket pesawat, hotel dan tiket universal sudah ditangan. Ternyata "deritaku" masih berlanjut..
Part Two: Departure
1 comment:
ouch.. ouch... ouch...
hopefully the time in singapore after this would get better...
not a good timing to travel with body condition not totally well for ur hubby n daughter ya, em...
Post a Comment