Beberapa hal unik yang aku temui sepanjang tur ke Eropa.
COIN
Di Indonesia, coin / uang recehan sangatlah tidak di hargai. Padahal pemerintah Indonesia berbaik hati menciptakan coin yang ringan dan dengan pecahan yang tidak terlalu banyak. Kita cuma punya 50, 100, 200, 500, 1000 sementara di Eropa .... mulai dari 1 cent, 5 cent, 10 cent, 20 cent, 50 cent, 1 dollar, 2 dollar, 5 dollar dan semua nya coin berat dan tebal. Berikut pengalamanku dengan Uang Receh
- Berhubung enggak familiar dengan bentuk dan nilai nya, tiap kali transaksi aku sodorkan saja semua coin ku, kasirnya pilih sendiri. Kalaupun ketipu.. uang receh kan? *hihihi.. padahal kalo ketipu nya 2 dollar aja udah Rp 25ribu loh*
- Agak gak enak juga kasih tip pake uang receh, but... kasih 5 dollar itu sudah lebih dari Rp 60.000 loh. Well, enggak tau juga sih.. barangkali aja kalo dikasih cuma 5 dollar itu merupakan penghinaan. LOL!!
- Berat. Beneran berat. Semakin besar nominalnya, semakin berat coin nya. Jadi tiap kali dapat kembalian uang receh, aku cenderung segera membelanjakannya kembali.
- Di Museum Du Luvre.. udah kebelet pipis banget. Setelah cari-cari toilet, waktu ketemu ternyata kita harus membayar 1.5 dollar pakai coin yang harus di insert di pintu otomatis. jiaaaaaah.... sibuk deh kita korek korek cari recehan
- jangan harap bisa masuk warung trus tuker uang yaa.. waktu aku coba seperti itu, di jawab judes sama pelayan toko roti di Luzern: first we dont change, second we dont take Euro coin. Busyet dah. Akhirnya aku harus ke post office deket stasiun untuk tuker coin
- Pengalaman heboh soal uang receh terjadi di Stasiun Kereta di Geneva Aeroport
KOPER dan LOCKER
Keliling Eropa sebenarnya sangat nyaman buat orang Indonesia yang cenderung bawa koper segede gambreng kalo traveling. Di semua stasiun kereta ada tempat penitipan koper otomatis yang hanya bisa di sewa dengan ... coin.
Di Paris, aku sudah beli 1 koper kabin. Perjalanan Paris ke Amsterdam.. aman, kita bawa 1 koper besar dan 1 koper kabin. Koper kita yang paling berat dan penuh dengan belanjaan dari Paris kita titipkan saja di hotel. Karena toh hari terakhir kita balik lagi ke Paris.
Koper baru di Paris
Brusells - DenHag - Amsterdam, ini kopernya
Di Amsterdam kita "terpaksa" beli koper lagi. haha! So, kita bawa 3 koper dari Amsterdam ke Genewa (naik pesawat). 1 koper besar dan 2 koper kabin. Ini agak tidak nyaman, karena kita rencana nginep di Luzern, bukan di Geneva. So begitu sampai Geneva, kita cari-cari tempat penyimpanan koper. Viola! Tempat penyimpanan koper yang nyaman dan modern ada di mall yang nempel dengan airport dan stasiun kereta Geneva. How happy we were. Tapi.........
Kita sampai di Geneva sudah jam 11 malam. Setelah ngider-ngider cari tempat penitipan loker, ketemu sudah jam 11:30 lewat. Tempat penitipan loker nya keren, modern dan ... hanya bisa pakai coin, minimal 7 dollar untuk 24 jam. Berhubung kita mau nginep 2 malam di Swiss, kita harus memasukan coin sebanyak 14 dollar. Percaya atau tidak, airport di genewa tidak seramai international airport lainnya dan karena locker itu adanya di mall.. jam 11:30 pm sudah sepi.. sudah tutup semua. Setengah mati kita cari cafe yang mau tukerin coin, dan akhirnya ada satu cafe di airport yang berbaik hati menolong kita. Itu sudah jam 12 teng.
Jangan kuatir, locker mereka bisa untuk menyimpan koper dari berbagai ukuran. Karena koper kita berat, Erryck memilih locker besar yang di bawah. Kita masukan coin nya satu per satu dan ... sampai coin ke 5... stuck. Kita cancel locker itu dan pindahin ke locker lain. masih stuck juga. Locker yang di atas pun stuck. gagal total. Cari-cari bantuan juga percuma... sepi tidak satupun mahluk hidup terlihat di situ. Sampai akhirnya.. 2 orang security datang. Seneng banget, kirain mau dapat bantuan tapi.. ternyata kita di usir dari situ. Bahasa Inggris orang swiss tidak terlalu baik, kita sibuk jelasin mau simpan koper, dia cuma bilang no no no terus. Lalu dia menunjuk ke satu board di depan locker room. Operating hours: 5:00 am - 11:30 pm. Astaganaga!!! Pantesan itu coin enggak mau masuk.
Dengan malu, bingung dan kesel kita meninggalkan mall balik ke airport. Rencana awal memang mau glosoran, cari-cari tempat yang enak buat selonjoran.. penuh semua. Jangan pikir bisa di lantai ya.. dingin nya minta ampun. Tapi berhubung ada insiden locker yang melelahkan lahir batin, jam 1 pagi kita akhirnya check-in ke Ibis Hotel dekat Airport. Bayar 170 Euro untuk numpang tidur beberapa jam, dan another 30 euro untuk 2 breakfast.
Pagi hari kita kembali ke airport, tepatnya di stasiun kereta yang ada di airport untuk simpan koper dan melanjutkan perjalanan dengan train ke Luzern.
Kita coba lagi.. locker yang di bawah tetap enggak bisa. Oke kita coba yang di atas, juga enggak bisa. Mulai panik deh. Aku coba tanya ke petugas koper yang di office nya, enggak jauh dari tempat locker. Huh, mereka enggak friendly, hanya bilang coba lagi, itu enggak rusak kok.
Setelah hampir setengah jam enggak juga berhasil, aku ke petugas itu lagi memohon-mohon untuk di bantu. Akhirnya salah seorang dari mereka mengikuti aku ke locker. "where's your coins?" Aku sodorkan coin ku dan dia bilang: "not EURO" trus dia tunjuk ke panduan di balik pintu locker. Ternyata oh ternyata.. harus pake coin Swiss France.... Kita mendadak berasa jadi orang tolol sedunia.
locker yang menghebohkan itu...
Sampai di Luzern, karena ngejer mau naik gunung cari salju di Eagleberg (30min naik kereta dari Luzern), semua koper kita masukin ke locker di Stasiun kereta di Luzern. Malam nya baru kita ambil dan check in di hotel Monopol Luzern.
Waktu balik ke Perancis di hari terakhir, Erryck sms (kita naik flight berbeda, dia terminal 2, aku terminal 3), katanya. Di stasiun kereta Charles De Gaulle deket terminal 2 ada nih tempat locker tempat penyimpanan koper. waaah, nyesel juga kita titipin ke hotel karena Hotelnya jauuuuuh.
TOILET
Di Paris temenku udah wanti-wanti... jangan minum banyak-banyak, di sini jarang ada toilet. Untungnya Eropa dingin, jadi enggak cepet haus. hahah! Toilet disana bersih dan selalu.. SELALU ada tissue. Pasti karena mereka gak pernah cebok pake air ya hhahaahaa..
- di Sacre Ceour kita terpaksa harus beli es krim demi bisa pakai toilet mereka. 1 orang bayar 1 euro dan coin harus dimasukin ke pintu nya.
- di Luvre sebelum sampai pintu toilet, sudah di hadang mesin yang hanya terbuka kalau kita masukin 1.5 euro, pake coin
- di Montparnass, toilet nya gratis. Tapi kita harus menunggu 15 menit karena waktu mau pipis, toilet sedang di bersihkan. Gelo bener, kita di hadang sama petugas cewek negro sambil tolak pinggang dia bilang, 15 minutes. Padahal dia sudah selesai bersihin, tinggal tunggu lantai kering saja. Gimana kalo aku pipis di lantai luar saja? Biar dia bersihin lagi dan yang lain tunggu another 15 min.
- di satu toilet kadang ada mesin hand dryer, tapi di tempat lain seperti di toilet Bandara Munich, pakai lap kain yang otomatis gulung sendiri. Bagian bersih nge-roll ke bawah, bagian kotor nge-roll lagi ke belakang. Aku agak gak mudeng tuh... setelah habis dipakai, itu di cuci dan dipasang lagi atau itu sekali pake doang yaa?? hmm...
- waktu balik lagi ke Paris ke Sacre Ceour untuk beli souvenir2 murmer.. kita makan di Chicken burger milik orang India. Gue sampai harus pesen ke dia.. "sir, when i come back later, can i just use your toilet?" hahaha.. gue kan belum kebelet waktu itu.
- sayang nya, toilet di kereta api mereka.. tetep aja jorok.
- buat orang Indonesia, cari toilet di Eropa lebih gampang.. bukan karena banyak, tapi signage nya itu loh.. WC
SEPEDA
Di Amsterdam aku 2x keserempet sepeda. Kayaknya sepeda adalah raja jalanan disana seperti sepeda motor di sini. Mereka ada di jalan besar, di jalan kecil, dan di gang-gang sempit, kadang mereka seperti enggak pake rem.
- local tour guide di Amsterdam waktu city tour bilang gini: di Amsterdam banyak banget canal dan semua nya dalam-dalam. Tumpukan 1 meter pertama adalah lumpur, tumpukan 2 meter berikutnya adalah rongsokan sepeda.
- berikutnya dia tunjuk tempat parkir sepeda dekat Amsterdam Central Station. Katanya: mungkin ada sekitar 200.000 ribu sepeda disana. Tapi aku gak pernah mau parkir disana, karena waktu balik lagi belum tentu ketemu tuh sepedaku.
- sepeda punya traffic light sendiri loh di Amsterdam
- sepeda mereka biasa2 saja. bukan model pixie atau yang keren-keren. malah kayak sepeda dari jaman jadul dulu....
- sepeda bisa masuk kemana-mana: mall, stasiun kereta, ke dalam kereta
- entah karena beneran concern sama global warming, green enviroment, sekedar profesi atau bokek.. ibu-ibu di Amsterdam antar jemput anak sekolah pakai sepeda yang sudah di modifikasi untuk membawa lebih dari 1 anak.
Tukang ojek sepeda ... hihihii...
Sepeda lagi dan lagi...
Sepeda ala ibu-ibu di Amsterdam
MODERN dan OTOMATIS
Semua di Eropa serba modern dan otomatis. Kita susah deh tanya untuk cari bantuan, yang ada malah malu sendiri seperti kasus locker di Geneva.
- Gak perlu repot dorong pintu untuk buka, hampir semua pintu disana buka tutup otomatis. Di hotel, di bandara, di kereta api (city train, inter city train dan train antar negara), even di toko-toko souvenir kecil, kalau di Indo namanya warung kali yaa... pintu mereka pun otomatis.
- kantor pos di Luzern .. kaca pembatas antara visitor dengan staff di dalamnya saja otomatis. Sempet kepikir.. anti peluru juga gak yah.. haahah. Apa sih yang mereka takutkan di rampok? Surat cinta? LOL
- Kita harus cek in di mesin otomatis sebelum antri untuk deposit koper kita. Kalau belum check in, enggak dilayani loh.
- Signboard dimana-mana digital dan informasinya sangat akurat. Jadi.. karena aku enggak terbiasa lihat informasi dari mesin, ... so, sering kali aku tanya ke orang2 disana.. kereta ke Geneva di platform berapa, jam berapa.. mereka cuma bilang... lihat di papan. do'h!! Mereka gak tau ya kalau di Indo, tiap sepuluh meter kita tanya orang dan semua dengan ramah memberi jawaban dan bantuan.
- di tiap kereta
- aku beli kopi di pedangang asongan di kereta api Geneva - Luzern. Waktu membayar 4.2 euro, aku dikasih struk. waah.. serasa beli starbuck saja. LOL
- ada colokan listrik di kereta api, bahkan di beberapa kereta, ada free wifi!
BULE
hahahaha... sebenernya lucu aja. karena kalau di Indonesia apalagi di kota kecil, melihat orang bule itu rasanya gimana..... tapi di Eropa, semua bule. Tukang parkir, tukang jaga toilet, pelayan toko, petugas tiket di kereta, petugas check in di airport, security, pelayan Burger King ... jadi noraknya kita minta ampun deh, dimana-mana minta foto sama bule. huahahahaaha......
bersambung gak yaaaaa......?????