Pelayanan SIL Solo tanggal 3-4 July 2015
Tentu saja aku tidak ingin melewatkan kebersamaan bersama teman-teman menuju SOLO. Walaupun pilihan naik pesawat terbang begitu menggoda, tapi kebersamaan itu jauh lebih mempesona. Halah! :D
Karena budget terbatas, awalnya ada yang nekat mau nyupir sendiri ke Solo. Ibu-ibu dengan anak-anak kecilnya.. nyupir, perjalanan malam 10-12 jam. Oh..really? Ya. Mereka semangat banget. Kami sudah biasa, katanya.
Setelah hitang hitung - hitang hitung, akhirnya kami sewa ELF yang tidak semahal kalau sewa bus wisata biasa. Awalnya kami cuma mau sewa yang short, 14 seats. Tapi berhubung harus bawa keyboard dan segala logistic untuk pelayanan di sana, kami memutuskan sewa yang long, 19 seats.
Kami sudah diwanti-wanti oleh Bu Hera untuk jangan bawa koper, karena ELF tidak punya bagasi yang luas. Bawa tas biasa saja, jadi bisa disumpel-sumpelin ke kolong. Untung kami semua taat.. mungkin kalau ada yang nekat bawa, dia harus duduk di atasnya, hahahaa... Dan betul, memang sempit sekali. Tapi, selain keyboard, kami juga berhasil menyelundupkan 1 Cello, 1 Biola, 4 kardus aqua dan beberapa kardus perlengkapan SIL.
and the story began....
Setelah semua di posisi masing-masing, kami berangkat jam 8:30 malam. Lampu ELF dalam masih nyala, kami masih "berkicau-kicau" dengan riangnya. Membagikan arem-arem, risoles, rujak dan JCo di dalam sempitnya ELF itu. Ya. Rujak. Kami rujakan di ELF. LOL
Beberapa saat kemudian.. "Pak Supir, tolong matiin lampu" kata seseorang, gak ingat siapa. Oh tidak! belum jam 10, kok sudah mau pasang posisi tidur? Tapi karena tidak ada yang protes, kami mulai merasakan suasana sedikit lebih sunyi. Beberapa orang benar-benar pasang posisi mau tidur. Terutama Bu Fina yang duduk tepat di sebelahku. Kira2 persiapan seperti apa ya... *maaf gak ada foto* tapi percayalah... Ibu satu ini memakai kostum yang waaaah sekali menjelang tidur. Dia pakai sweater super tebal, pakai syal yang dililit ke leher dan... pakai topi. Katanya.. aku gak biasa tidur pakai AC, apalagi ini AC tepat di atas kepalaku. Aku mendadak ternganga... rumahnya pasti adem, dingin dan sejuk sampai dia bisa tidur tanpa AC. hahahaa...
Aku tidak tidur. Aku terus perhatikan supir karena kami sudah berada di tol Cipali. Katanya tol ini sangat panjang dan lurus, dikuatirkan bisa membuat supir mengantuk. Jam 11 an aku merasa AC ELF mati. Aku pikir sengaja dimatikan oleh supir untuk ngirit bensin. Menjelang jam 12, ELF terasa mulai sumpek. "Pak Supir, AC nya bisa tolong dinyalakan lagi?" kataku. Dari barisan belakang, Louis ikut berteriak, "Tante Ema... AC nya mati yaa?"
Supir bilang, AC mati Bu. Nanti sampai di rest area saya periksa. Ohh.. baiklah. Setengah jam berikutnya, menjadi semakin hot. Beberapa mulai kipas-kipas. Bagaimana dengan Bu Fina. Dia bertahan dengan kostum kutub nya. hahaa..
Setelah membayar Tol Cipali, kami memaksa supir berhenti di samping pintu keluar untuk periksa mobil.
Aku sampai pengen naik mobil ini supaya dapat banyak AC (Angin Cepat)
Setelah satu jam kami menunggu supir yang sibuk berbicara di telepon dengan kantor pusat dan membongkar kap mesin sampai dengan membongkar dashboard tempat accu, kami nyerah. Sudah hampir jam 2 dan AC mobil masih belum bisa nyala. Kami menguatkan hati untuk meminta supir melanjutkan perjalanan tanpa AC. yaaa... tanpa AC.
Hebat sekali, Ibu Fina masih tetap setia dengan kostum nya dan aku.. rupanya bukan hanya bergumul soal udara panas, tapi juga soal kursi yang cuma bisa menampung sebagian dari p*nt*t ku. Di deretan belakang supir kami (saya, Bu Fina dan Bu Mei), yang paling senior ditempatkan supaya lebih nyaman. Tapi karena "our behind" lebih besar dari kapasitas kursi.. aku yang duduk dipaling pinggir dekat pintu terpaksa "luber" ke samping. HAHAHAA. Sangat tidak nyaman. Tapi aku berhasil melewatinya dengan baik malam itu.
Pagi harinya.. ketika matahari mulai muncul, aku mulai tambah gelisah. Kalau 'ngelekep' seperti ini terus bisa bete deh... padahal kami baru sampai Sragen. Aku mencoba tenang, Bu Fina mulai melepas sweaternya, tapi tetep pake topi entah kenapa dan memasuki Semarang, tercium bau yang sangat menyengat dari mesin mobil. Kami segera buka pintu sambil menebak-nebak apa yang terjadi. Tidak ada yang tahu.
Sampai Salatiga, kami tidak tahan lagi, kami memaksa supir berhenti di sebuah tempat makan. Sambil berharap pada Sylvi yang berusaha menghubungi saudaranya di Salatiga untuk pinjam mobil, aku pun browsing dan menelpon beberapa agen bertanya apakah bisa sewa mobil dari Salatiga ke Solo. Supir kami kembali membongkar bagian mesin dan dia bilang: "kalau pagi kan kelihatan. ini tadi malam karena tidak terlihat ada satu kabel yang tidak terpasang". Begitu dia pasang VIOLA!!! AC nyala kembali. Antara benci dan cinta bercampur aduk di hatiku padanya. hahahaaa
Kami segera melanjutkan perjalanan tapi.. bau menyengat tidak juga hilang. Untung Solo tidak jauh lagi. Kami bertahan dan begitu masuk kota Solo, kami mencari-cari tempat untuk sarapan menuju arah Gereja tempat kami akan menginap. Tapi baunya menjadi sangat-sangat kuat menyengat. Kami tidak tahan lagi. Kami kembali memaksa supir untuk berhenti dan makan nasi liwet di... emperan toko.
Bersambung.
No comments:
Post a Comment