Suamiku hobi banget "ngerjain" polisi. Aku gak tahu apakah karena memang dia hobi "cari masalah" atau polisi memang harus "dikerjain balik" karena polisi seringnya "ngerjain" warga. Either way, aku selalu bilang: "udah deh... jangan sampai nanti kena batunya, baru nyesel."
ADEGAN #01
Katanya sih terjadi waktu dia masih SMP or SMA, aku lupa... yang jelas waktu itu aku belum kenal dia, dan tentunya dia juga belum kenal aku kan? hihi. Rumahnya memang cuma 200mt dari PolRes Jakarta Utara, jadi setiap hari dia pasti melewati segerombolan polisi disitu. Dan suatu hari, dia pulang entah dari mana berdua dengan kakak perempuannya. Ketika berjalan melewati Polres, dia mendengar "suit-suit" kurang sopan ditujukan ke kakaknya. Darah mudanya bergejolak, sebagai orang Batak pantang dilecehkan... dia menghampiri gerombolan polisi tersebut dan bertanya : "siapa yang suit-suit?" Entah seperti apa gaya dia bertanya, yang jelas ... dia bilang: "hidungku patah ditonjok salah satu dari mereka!" Wakakakaa.. bukannya aku prihatin tapi malah ngakak ... lah polisi kok dilawan sih? Kalo satu-satu mungkin bisa menang, nah ini ngajak "ribut" dengan segerombolan polisi.. di sarang mereka pula. D'oh! Emosi emang gak pake logika.
ADEGAN #02
Waktu itu Jakarta hujan dan aku harus ke Restoran Nelayan di Ancol menghadiri suatu acara dengan dia. So, aku telpon dia untuk janjian mau ketemu bagaimana. Kantorku di Mega Kuningan dan kantornya di Kota, deket Ancol.
Dia : "Haloo"
Aku : "Erryck, jadi gimana nih?"
Dia : "Oh, halo Tulang... " jawabnya
Aku langsung "!@#%$%#&!&%&*!%!%*?? "
Bagaimana mungkin dia memanggil aku Tulang, apa dia kecelakaan dan kepalanya kebentur aspal?
Aku : "hey! kok Tulang sih?"
Dia : "Iya nih Tulang, aku di daerah Ancol .. sama ... (berbicara ke orang lain di dekatnya) Bapak tadi siapa namanya? (lalu dia menyebutkan satu nama marga Batak) .. oh iya Tulang.. nanti aku telpon lagi ya. Makasih Tulang".
Telpon ditutup dan aku langsung "ngeh" kalau dia pasti dia lagi berhadapan dengan Polisi.
Beberapa menit kemudian dia telpon, katanya dia tadi hampir di tilang karena melanggar u-turn. Setelah berpura-pura menerima telpon dari "tulang gadungannya" si Polisi langsung melepasnya. Gelo! Berani-beraninya dia ngaku KAPOLDA yang menjabat saat itu sebagai Tulang-nya hanya karena bermarga sama dengan dia.
Note: Tulang adalah sebutan untuk saudara kandung Bapak.
ADEGAN #03
Suatu hari, sehabis menurunkan aku di halte busway kota, dia langsung dicegat Polisi.
Polisi: "Pagi Pak"
Dia: "Wah, maaf ya Pak. Saya tahu saya salah"
Polisi: "Bapak tahu salahnya apa?"
Dia: "iya Pak.. maaf. Saya tidak pakai seatbelt. Ini saya pakai sekarang. Sekali lagi maaf loh"
Polisi: "tolong keluarkan SIM dan STNK"
Dia: "loh Pak, mobil saya mau ditilang nih? Sebenarnya yang salah saya atau mobilnya?"
Polisi bingung menjawab pertanyaan aneh itu.
Polisi: "ya karena Bapak melanggar, saya harus tilang."
Dia: "beneran nih Pak? Saya tahu saya salah, tapi kan tadi saya sudah minta maaf."
Kalau polisinya kenal Dao Ming Shi, polisi itu pasti akan menjawab "kalau minta maaf berguna, untuk apa ada saya (polisi). haha.
Polisi: "Pak, kan Bapak melanggar, jadi harus saya tilang"
Menurut suamiku, karena buru-buru harus sampai kantor dan dia malas ribut (hah, gak mungkin :p), dia turun dari mobil, setengah paksa menyeret bapak polisi tadi ke arah lampu merah di dekat Stasiun Kota situ. Gak jelas apakah polisinya meronta-ronta atau tidak, tapi yang jelas lampu merah itu hanya beberapa langkah saja dari mobil, bahkan mungkin kelihatan.
Dia: "Bapak kalau mau tilang saya, silakan tilang mereka dulu Pak". Suamiku menunjuk segerombolan mikrolet yang berjejer ngetem di lampu merah dan membuat macet jalanan. Gak jelas juga sang bapak polisi ngomong apa, tapi yang jelas suamiku bebas saat itu juga.
ADEGAN #04 dan #05
Dua kejadian ini melibatkan diriku, tapi aku hanya jadi pelengkap penderita saja. Yang satu terjadi di dekat RS Mitra Keluarga Kemayoran dan satu lagi di dekat RS Siloam Gleneagles Karawaci. Dan memang keduanya juga karena kita sedang menuju ke RS tersebut. Bisa ditebak kan? Aku diminta bergaya sakit dan dengan sangat meyakinkan, dia berhasil mengecoh polisi yang mencegat kami menerobos jalan. Bahkan, dia sukses menunjukan hasil USG ku ke polisi itu. Haha.
ADEGAN #06
Don't try this anywhere :)
Suatu pagi, suamiku mencoba menerobos 3 in 1 dari arah Abdul Muis (kalau gak salah) keluar di dekat RRI. Tentu saja dicegat polisi. Dia sih "katanya" pasrah ditilang oleh 2 orang polisi yang mencegatnya. Entah apa yang terjadi, salah satu polisi yang katanya lebih muda dari yang satunya lagi, rupaya agak emosi dan "ngatain" suamiku "goblok".
Sebagai lelaki yang sadar dirinya Batak, apalagi dalam kondisi pasrah ditilang, suamiku rupanya gak rela dikatain seperti itu. Adu urat pun terjadi dengan hebohnya.
Dia: "kok Bapak jadi kasar ya?"
Polisi: "ya memang Anda goblok. Udah tahu 3 in 1 kok di langgar juga." (mungkin gitu kali, tepatnya sih hanya Tuhan yang ingat hehe)
Dia: "Wah jangan sok jagoan ya Pak"
Polisi: "kamu nantangin?"
Dia: "saya gak nantang Bapak. Tapi kalo Bapak memang mau sok jagoan, Bapak buka baju bapak sekarang dan saya akan tonjok bapak duluan."
Wuiiiih... ngeri bener sodara-sodara. Seorang diri melawan polisi.
Dia:" hayo Pak. Kalo memang jagoan, bapak buka baju dan beneran saya tonjok bapak duluan."
Untung polisi satunya lagi masih "waras", mungkin karena faktor usia. Halah... ngaruh apa? So, yang terjadi hanya adu urat leher, bukan adu otot alias jotos-jotosan.
Aku sih gak tanya kenapa kok harus pakai buka baju segala. Mungkin karena takut bajunya rusak trus minta ganti, atau takut keringatan atau kenapa, entahlah. Aku cuma bisa mengkira-kira bahwa mungkin hukumannya akan jauh lebih berat kalau kita memukul seseorang yang sedang memakai "baju dinas".
Sebenarnya masih ada beberapa adegan aneh antara suamiku dan pak polisi. Tapi cukup 6 adegan saja deh, kecuali ada yang berminat mau menerbitkan. Haha.
Tapi.. along the way.. as he's getting older, he's also getting wiser. Sekarang ini jarang ada adegan-adegan seperti itu... jadi agak basi juga sih hidupku, jadi kurang hiburan. hahahaha...
:: emajanti, 2010